Senin, 02 Maret 2009


Bicara bebek sporty yang masih 'hidup' hingga saat ini, tentu tak luput dari sosok Suzuki Satria F-150 atau sering disebut Satria 'pekgo'. Mengusung brand Satria sebagai langkah regenerasi Suzuki Satria 120, dari awal kehadirannya pun sudah mengundang decak kagum. Bebek monster, hyper underbone ! Meski segment-nya tergolong sempit di pasar, toh pihak Suzuki Indonesia tetap setia menjualnya. Bahkan dari versi impor langsung dari Thailand, kini pihak Suzuki Indonesia mulai merakitnya secara lokal. Bagi kompetitornya, Satria pekgo mungkin dianggap bukan musuh yang harus dikalahkan. Kue pasarnya cuma sedikit, cuma speed-freaks atau anak muda yang doyan motor keren aja. Dipakai harian, tak semua orang suka motor ini. Boros, sulit bawa barang, cenderung melelahkan karena riding position yang ala motor balap dan alasan lainnya. Meski sadar bermain di kelas yang sempit, Suzuki tetap setia menjual Satria. Toh ini sebuah 'samudra biru', tak ada lawan Suzuki di kelas itu. Kendala yang utama, harganya yang lumayan. Nyaris 17 juta untuk versi awal yang masih impor. Berusaha untuk memperbesar segment ini, Suzuki menjual versi rakitan lokal dengan harga yang lebih murah. Lokal, tapi dengan penambahan fitur baru seperti electric starter. Bukan spec down, loh. Penurunan harga ini jelas akan membuatnya makin kompetitif di pasar. Orang jadi tahu bahwa motor dengan teknologi maju tidak selalu mahal harganya. Satria F-150 dan Jupiter MX berhasil membuktikan hal itu. Menariknya, usaha Suzuki mempromosikan Satria juga dilakukan lewat event One Make Race-nya dengan membuka kelas Suzuki Satria F-150. Meski harga motornya di atas rata-rata, tapi buat modal balap cukup terjangkau. Kelas ini hanya memperbolehkan Satria pekgo ganti knalpot dan CDI saja. Tidak seperti kelas tune-up 4 tak yang jor-joran racing parts. Hasilnya ? Grafik peserta di kelas ini makin meningkat ! Persaingan bisa lebih merata, skill pembalap terasah, tontonan makin menarik. Masyarakat jadi demen nonton kelas ini. Motor standarnya aja keren banget, apalagi lihat tuh motor balapan ? Ya, Suzuki juga cerdik dengan menggunakan momentum keresahan pelaku balap akan biaya balap yang makin mahal dengan membuka kelas ini meski hanya di event OMR-nya. Di sisi lain, dengan adanya kelas ini juga bisa mendorong penjualan Satria tentunya. Di Banjarmasin, 500 Suzuki Satria F-150 tiap bulan bisa terserap, bahkan cenderung indent. Itu di luar pulau Jawa lho. Hmm .... bukti kalau One Make Race bukan selamanya 'proyek rugi' buat pabrikan kan ? Ada satu masalah yang harus bisa diselesaikan Suzuki untuk melengkapi peluang Satria yang makin bercahaya. Ketersediaan sparepart ! Ya, Satria pekgo terkenal sparepartsnya susah didapat. Punya uang pun belum tentu ada barangnya. Namun, dengan mulai digelontorkannya versi lokal yang juga sudah memiliki kandungan lokal, sedikit banyak membuka harapan akan ketersediaan sparepartsnya. Hal lain, Suzuki harus bisa membuktikan bahwa dengan masuknya kandungan lokal di motor high-prestise ini, bukan berarti kualitasnya menurun. Jangan heran jika perekonomian dibilang lesu, tapi Satria F-150 bakal makin sering terlihat di jalan. Dari pasar yang sedikit, lama-lama bisa jadi 'buncit' ! Yang paling penting lagi, image Suzuki sebagai pabrikan yang tanggap akan semakin kuat, meski segment itu hanya secuil tapi pasar yang ada di situ merasa diperhatikan. Ujung-ujungnya, loyalitas merk.

Sumber : Reza Oktoberi F